Senin, 09 Juli 2012

providensia


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Kehidupan umat manusia tidak pernah terlepas dari pemeliharaan atau providensia Allah. Orang yang mengaku percaya kepada Allah pastinya selalu berada dalam pemeliharaan Allah. Di mana seseorang masih dapat menjalani kehidupan di dunia ini berarti bahwa ada satu pribadi yang sedang memelihara kehidupannya. Ada campur tangan Allah dalam kehidupan umat yang percaya kepada Allah. Orang Kristen yang mengakui bahwa kehidupannya dipelihara oleh Allah, maka akan sungguh-sungguh menyerahkan totalitas kehidupannya untuk melakukan kehendak-Nya, dan harus sungguh-sungguh mengandalkan Allah, mendahulukan Allah dan seluruh aspek kehidupannya. Pada umumnya dikenal dikalangan orang yang mempercayai bahwa Allah itu ada dan yang memelihara kehidupannya, percaya bahwa apa pun yang dialami ada dalam pemeliharaan Allah dan Allah mempunyai rencana yang indah dalam setiap peristiwa kehidupannya dan tidak pernah lepas dalam campur tangan Allah. Tangan Allah yang kuat selalu memelihara umat-Nya.
B.     Rumusan Masalah
Ketika berbicara tentang pemeliharaan Allah, setiap orang memiliki pandangan dan pengalaman yang berbeda dalam kehidupannya masing-masing sehingga seringkali ketika mengalami masalah dalam kehidupannya menganggap bahwa Allah tidak lagi memelihara, Allah tidak lagi malindungi, Allah jauh dari kehidupannya dan seringkali hal itu membuat orang untuk mengambil keputusan yang salah.
Tujuan                                                                                                                                     Paper ini bertujuan untuk membahas providensia Allah dalam kehidupan semua manusia, secara khusus orang yang percaya supaya dapat mengetahui dengan benar bahwa dalam situasi apa pun Allah selalu memelihara kehidupan umat percaya.
BAB II
PROVIDENSI
Mengenal providensi atau pemeliharaan Allah sangatlah penting dalam kehidupan iman Kristen. Doktrin reformed mempecayai tentang providensi Allah ini, tidak ada satu pun orang reformed yang sejati tidak mempercayai doktrin providensi ini. Doktrin ini sangat penting bagi orang percaya, Calvin menuliskan betapa pentingnya doktrin ini:[1]
1.      Ignorance of Providence is the ultimate of all miseries; the highest blessednesslies in the knowledge of it (Ketidaktahuan tentang Providensia adalah asal mula semua kesengsaraan; berkat yang terbesar terletak dalam pengenalan tentang providensia).
2.      Nothing is more profitable than the knowledge of this doctrine (Tidak ada yang lebih berguna dari pada pengenalan tentang doktrin ini).
Pengertian
Providensi berasal dari bahasa latin “providential”. Asalnya pengertian itu ialah kata kerja latin “providere”, yang berarti memandang ke depan, melihat terlebih dahulu terjadinya sesuatu dan sebab itu juga terlebih dahulu mengambil tindakan-tindakan, terlebih dahulu menyelenggarakan atau menyediakan sesuatu[2]. Providensia tidak dapat disamakan dengan takdir Allah.[3]Dalam kamus arti providensia adalah “pemeliharaan baik”, sedang dalam teologi providensia lebih dari sekedar pemeliharaan baik, tetapi providensia adalah pelaksanaan yang tidak mungkin gagal dari rencana Allah atau pemerintahan (pengaturan) terhadap segala sesuatu sehingga rencana Allah terlaksana.[4]
Providensi Allah tidak mungkin gagal. Rencana Allah sudah ada atau rencana Allah sejak semula (2 Raja-raja 19:25, Maz. 139:16) dan rencana Allah tidak mungkin berubah atau gagal (Bil. 23:19, 1 Sam. 15:29, Maz. 33:11).[5] Orang Arminian percaya bahwa renacana Allah bisa mengubah RencanaNya, dan percaya bahwa Rencana Allah bisa gagal. Hal ini merupakan suatu penghinaan bagi Allah karena menyamakan Allah dengan manusia, yang sering mengubah rencanannya dan gagal dalam mencapai rencananya itu. Alasan mengapa Allah tidak pernah gagal dalam rencanaNya adalah:[6]
1.      Kemahatahuan Allah. Pada waktu Allah rencanaka , bukankah Dia sudah tahu apakah rencanaNya akan gagal atau berhasil?
2.      Kemahabijaksanaan Allah. Kebijaksanaan Allah menyebabkan Ia pasti mambuat rencana yang terbaik.
3.      Kemahakuasaan Allah. Allah yang Maha kuasa tidak mungkin gagal mencapai RencanaNya atau terpaksa mengubah RencanaNya.
4.      Kedaulatan Allah. Allah tidak mungkin mengubah RencanaNya, karena perubahan rencana membuat Allah tergantung pada situasi dan kondisi.
Kalau manusia membuat rencana, maka manusia membuatnya secara bertahap. Manusia membutuhkan penambahan pengetahuan untuk bisa membuat rencana lanjutan. Tetapi rencana Allah yang maha tahu dan maha bijaksana , merencanakan seluruh rencananya dari semula.


A.      Sejarah Dari Doktrin Providensi.[7]
Sejak semula para teolog menegaskan bahwa Allah memelihara dan memerintah dunia. Akan tetapi pengertian ini tidak selalu mengandung makna yang absulot tentang peraturan Allah akan segala sesuatu. Sejarah mengenai providensi mengikuti sejarah dari doktrin predestinasi. Agustinus[8] menekankan kenyataan bahwa segala sesuatu dipelihara dan diperintah oleh kehendak Allah yang berdaulat, bijaksana dan bermaksud baik. Tidak ada satu konsilipun yang membahas tentang doktrin ini, namun tidak berarti bahwa dotrin providensi tidak ada pendapat yang menentangnya. Semipelagianisme[9] membatasi providensi pada kehidupan alamiah dan menyingkirkan providensi dalam kehidupan etis.
Kelompok Skolastik[10] menganggap perlindungan Allah sebagai kesinambungan dari tindakkan penciptaanNya. Para reformator secara keseluruhan menerima doktrin dari Agustinus tentang providensi ilahi, walaupun masih sedikit perbedaan dalam rinciannya. Sedang,Arinian membatasi providensi Allah dengan cara menekankan kekuasaan yang tidak terikat yang tidak dimiliki oleh manusia untuk memulai tindakkan dan dengan demikian mengatur hidupnya sendiri.
B.       Pandangan Tentang Providensi.
Providensi didefinisikan sebagai “Tindakkan yang terus menerus berlangsung dari kekuatan ilahi dimana sang Pencipta melidungi semua makhlukNya, yangbertindak dalam segala yang terjadi di dalam dunia, dan mengarahkan segala sesuatu pada tujuan akhir yang telah ditunjuk”. Dalam definisi providensi terdapat tiga elemen di dalamnya yaitu: perlindungan, kerjasama(ada bersama-sama), dan pemerintahan.
Calvin hanya membicarakan dua elemen, yaitu perlindungan dan pemerintahan. Sedang, Bavink lebih menutamakan elemen ada bersama-sama, dalam usaha untuk menahan bahaya dari Deisme dan Panteisme. Meskipun perlindungan mengacu kepada keberadaan, ada bersama-sama mnegacu kepada tindakkan, dan pemerintahan mengacu kepada pimpinan terhadapsegala sesuatu, tidak boleh dipahami dalam pengertian yang eksklusif.
Paham Teisme menekankan dua perbedaan antara penciptaan dan providensi, yaitu: (a) pencipataan adalah tindakkan menjadikan ada semua yang belum pernah ada, sedangkan providensi melanjutkan atau menyebabkan terus berlanjutnya apa yang telah dijadikan ada tersebut. (b) dalam penciptaan tidak akan pernah ada kerja sama antara makhluk ciptaan dengan sang pencipta, tetapi dalam providensi ada kebersamaan antara Pencipta dan ciptaan. Providensi sendiri dibagi menjadi dua, yaitu: providensi umum dan providensi khusus. Providensi umum adalah pengaturan Allah atas seluruh alam semesta sebagai satu kesatuan, sedang providensi khusus adalah pemeliharaan Allah dari setiap bagian alam semesta dalam hubungan dengan keseluruhan. Selain itu providensi khusus sering diartikan sebagai penggabungan istimewa dalam susunan peristiwa-peristiwa, seperti dalam jawaban dalam doa, dalam kelepasan dalam persoalan, dan dalam semua contoh di mana anugerah dan pertolongan datang dalam keadaan yang amat kritis.

Bukti-Bukti Ajaran Tindakkan Pemeliharaan.[11]
1.      Sifat Allah dan Alam Semesta.
Allah bukanlah sekedar oknum yang berkepribadian, tidak terbatas kebijaksanaan, kemuran dan kuasa-Nya. Manusia mengharapkan Allah itu sebagai:
a.         Sebagai Allah yang berkepribadian, bijaksana dan bertindak secara rasional.
b.        Sebagai Allah yang baik dan menaruh perhatian terhadap kesejahteraan ciptaan-Nya.
c.         Sebagai yang Mahakuasa, dipercayai mampu melaksanakan segala sesuatu yang direncanakan-Nya.
Sebagai bukti praktis dari kepercayaan bahwa Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat atas ciptaan-Nya dengan melihat bahwa alam semesta menunjukkan adanya kecerdasan dan pengawasan, sekalipun kecerdasan itutidak terdapat di dalam zat itu. Melalui alam semesta sendiri membuktikan pemerintahan Allah yang berdaulat atasnya.
2.      Ajaran Alkitab.
Alkitab lebih banyak berbicara tentang pekerjaan Allah dalam pemeliharaan ciptaan-nya daripada tentang pekerjaan Allah dalam penciptaan-nya. Banyak ayat yang menyatakan Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat atas segenap alam semesta.
·           Allah berkuasa atas alam semesta.
Allah memakai unsur-unsur yang baik[12] untuk menunjukkan kebaikan dan kasih-Nya, dan memakai unsur-unsur penghancur sebagai alat untuk melaksanakan disiplin dan hukuman.
·           Allah berkuasa atas tanaman dan hewan.
Setiap ciptaan berada ditangan Allah, Allah memelihara dan mengawasi semua tanaman dan hewan (Yun. 4:6)
·           Allah berkuasa atas bangsa-bangsa di muka bumi.(Mzm 22:29)
·           Allah berkuasa atas seluruh hidup manusia.
Allah berkuasa atas manusia meliputi:
a.    Allah berkuasa atas kelahiran, karier dan kematian manusia. Disadari atau tidak Allah menyediakan semua kebutuhan manusia dan menentukan saat dan cara seseorang meninggal dunia.
b.    Allah berkuasa atas keberhasilan dan kegagalan manusia.
c.    Allah berkuasa atas keadaan-keadaan yang paling sepele.
d.   Allah berkuasa atas semua kebutuhan umatNya.
e.    Allah berkuasa atas nasib orang-orang yang diselamatkan dan tidak diselamatkan. Ia akan menuntun orang percaya sepanjang hidupnyahingga mencapai kemuliaan.
f.     Allah berkuasa atas tindakkan-tindakkan bebas manusia.
Jika Allah berkuasa atas segala hal, akan timbul dalam pikiran manusia apakah hubungan Allah dengan dosa manusia? Ada beberapa jawaban untuk menjawab pertanyaan ini:[13]
1.      Seringkali Allah menahan manusia untuk melakukan dosa yang ingin dilakukannya. Tindakkan ini sering disebut dengan “pemeliharaan yang mencegah”.
2.      Allah kadang-kadang tidak secara aktif menahan orang untuk berbuat dosa, tetapi membiarkan dosa itu terjadi. Tindakkan ini disebut dengan “pemeliharaan yang mengizinkan”.
3.      Allah memakai pemeliharaan yang mengarahkan. Allah membiarkan kejahatan terjadi, tetapi Ia mengarahkannya. Contoh: dalam yohanes 13:27 “apa yang hendak kau perbuat, perbuatlah dengan segera”.
4.      Allah dengan memakai pemeliharaan yang membatasi, menetapkan batas-batas yang tidak dapat dilampaui oleh kejahatan dan akibat-akibatnya.


Tujuan Tindakkan Pemeliharaan Allah.
Allah memerintah dunia dengan maksud untuk membahagiakan makhluk ciptaan-Nya. Allah juga memerintah dunia dengan tujuan untuk mengembangkan mental dan moral umat manusia. Memeng pendidikan umat manusia itu ada, tetapi pendidikan tersebut tidak menyelamatkan. Pengembangan mental dan moral dapat dilihat dari berbagai cara perkembangan sejarah gereja Kristen, seprti meninggikan derajat wanita, penghapusan perbudakan, pemberian kebebasan berkomunikasi dan pengangkutan, dsb.
Allah memerintah dunia dengan tujuan untuk menyelamatkan dan mempersiapkan suatu umat milik-Nya sendiri. Penjelmaan Allah di dalam Kritus, kematian Kristus yang mendamaikan, karunia dan kedatangan Roh Kudus, penulisan dan pemeliharaan Kitab Suci, semuanya itu dimaksudkan untuk menyelamatkan dan mempersiapkan suatu umat kepunyaan-Nya sendiri. Tindakkan pemeliharaan diarahakn untuk menjadikan dan  memelihara orang-orang kudus. Tujuan Allah memerintah ialah kemuliaannya sendiri.
Allah memerintah dengan tujuan menunjukkan kesempurnaan-kesempurnaan-Nya: kesucian dan keadilan-Nya, kuasa-Nya, hikmat-Nya, kasih-Nya, dan kebenaran-Nya. Tindakan pemeliharaan diarahkan untuk menyatakan sifat-sifat Allah itu. Kekudusan dan keadila-Nya ditunjukkan dalam kebencian dan perlawanan-Nya terhadap dosa, kekuasaan-Nya ditunjukkan dalam karya penciptaan-Nya, sedang pemeliharaan dan penebusan-Nya ditujukan ketika Allah menyediakan keselamatan dengan jalan mengaruniakan Anak-Nya.
BAB III
KESIMPULAN



DAFTAR PUSTAKA
Budi Asali, Doktrin Allah (Teologi).
Niftrik, G.C. Van, Dogmatika Masa Kini, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
Berkhof, Louis, Systematic Theology, Michigan: Grand Rapids, 1984.
                   , Teologi Sistematika (Doktrin Allah), Surabaya: Momentum, 2010.
Thiessen, Henry C., Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 188.
Calvin, Yohanes, Institutio, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.


       [1] Budi Asali, Doktrin Allah (Teologi), 64.
       [2]G.C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995) 168.
       [3]takdir Allah itu bersifat mutlak, akibatnya orang bersikap pasif terhadap segala perjuangan, baik jasmani maupun rohani. G.C. Van Niftrik, Dogmatika Masa Kini, 170.
       [4] Budi Asali, Doktrin Allah (Teologi), 64.
       [5]Ibid, 65
       [6]ibid, 66.
       [7]Louis Berkhof, Teologi Sistematika (Doktrin Allah), (Surabaya: Momentum, 2010) 312.
       [8]Alkitab lebih banyak berbicara tentang pekerjaan Allah dalam pemeliharaan ciptaan-nya daripada tentang pekerjaan Allah dalam penciptaan-nya. Banyak ayat yang menyatakan Allah menjalankan pemerintahan yang berdaulat atas segenap alam semesta. http://id.wikipedia.org/wiki/Agustinus_dari_Hippo
       [9]semipelagianisme adalah pahm yang tidak memihak antara Agustinus dan Pelagius. Pelagius (sekitar 354- sekitar 420/440) adalah seorang biarwan asketik dan pembaru yang menolak doktrin tentang Dosa turunan dari Adam dan dinyatakan sebagai penyesat oleh Gereja. http://id.wikipedia.org/wiki/Pelagius.
       [10]Skolastik menunjuk pada metode tertentu, yakni metode yang mempertanyakan dan menguji berbagai hal secara kritis dan rasional, diperdebatkan, lalu diambil pemecahannya.
       [11]Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992) 188.
       [12]unsur-unsur baik meliputi tanah yangmenghasilkan panen, pohon mengeluarkan buahnya atas perintah Allah. Sedang, unsur-unsur penghancur meliputi gempa bumi, tanah longsor, dan bencana yang lain atas perintah Allah.
       [13] Henry C. Thiessen, Teologi Sistematika, 192.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar